TAUBI Jumatan - TAUBI Friday Enews

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
 

Sahabat TAUBI    ٱلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ ٱللَّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ 


#TAUTAN #menujuRidhoAllah

TAUBI Jumatan terbit setiap Jumat untuk meluaskan wawasan dalam berTuhan dan sebagai "reminder" untuk diri masing-masing.

 

TAUTAN enews bulan X - Syawwaal - Jum'at III 

Edisi 90 : " Keburukan Berbuah Pengenalan "

26 April 2024 M ( Jumat IV bulan April)

١٧  شَوَّالٌ  ١٤٤٥ هجرية  (17 Syawwaal 1445 H)

(Syawwaal : naik/meningkat. dari kata syawwala:menjadi sedikit [susu unta~kisah bangsa arab])  ( Masa gelap - 4 of 12 )



Dalam rangkaian perjalanan hidup manusia, proses pengenalan dimulai sejak usia dini  dari lingkungan informal keluarga kemudian lingkungan sekitarnya. Mengenali diawali dengan proses mengetahui. Seiring perjalanan waktu dan perkembangan kemampuan berfikir serta pengalaman pengetahuan, kemampuan pengenalan manusia terhadap dunianya, khususnya terhadap hal-hal fisik yang bisa diamati  semakin baik, khususnya dalam membedakan hal-hal yang dianggap baik dan buruk, benar-salah, untung-rugi, cantik dan jelek dst. Begitulah proses ini terus berjalan sehingga tanpa disadari atau tidak,  berpengaruh pada apa yang menjadi tujuan hidup manusia itu sendiri. Hal hal yang memberikan manfaat secara nyata, keberhasilan, kebahagiaan, prestasi, kedudukan, kehormatan sering menjadi tujuan yang dicita citakan karena dianggap sebagai suatu kebaikan/Khoir. Sebaliknya, hal hal yang berkenaan dengan kegagalan, kesalahan, kesedihan, kesengsaraan, ngelongso, adalah hal yang harus dihindari karena di anggap sebagai kesialan/keburukan atau Syarr. Pada kenyataannya apa yang manusia dapatkan tidak selalu berbanding lurus atau sejalan dengan apa yang diharapkan. Dalam hal ini kita harus belajar dari kejadian- kejadian dalam hidup kita.

    Begitu banyak contoh yang telah Allah berikan yang membuktikan bagaimana manusia berhasil memaksimalkan kecerdasan berfikirnya. Bahkan hal- hal yang berlawanan justru memberikan efek yang besar bahkan bernilai kebermanfaatan:

Ketika sebuah steorofom atau gabus kita tekan kedalam air, setelah itu kita lepaskan tiba-tiba maka semakin besar dorongan air dibawah menekan gabus tersebut keatas sehingga benda yg kita tekan itu langsung melesat naik keatas permukaan dengan cepat. Semakin dalam gabus itu kita tekan maka semakin besar daya dorong air keatas. Secara ilmiah fenomena ini dapat dijelaskan dengan adanya gaya gravitasi bumi dan tekanan hidrostatik  bahwa berat partikel air yang diatas menekan partikel dibawahnya sehingga membuat tekanan dibawah menjadi lebih besar dari tekanan diatas.

Manfaat ini juga kita rasakan dalam dunia medis. Hampir dari kita semua pernah mendapat perawatan medis di infus ketika di rawat di RS bukan?  Secara awam mungkin kita berfikir kenapa perawat harus repot-repot menggantung botol infus di tempat yang tinggi, tidak di letakkan saja dimeja. Kenapa kita harus menunggu berjam-jam setetes demi setetes cairan infus masuk ketubuh kita, kemudian menggantinya dengan botol infus yang baru? Kenapa tidak dituang saja kedalam gelas diberi irisan jeruk lemon supaya ada rasanya kemudian diminum dengan sedotan? Lebih simple bukan? Tapi, Semua tindakan medis ini diperoleh melalui proses eksperiman, memiliki landasan teori ilmu pengetahuan.

Cairan infus tidak akan mudah masuk kedalam pembuluh darah kita kalau posisi botol infus itu tidak ditinggikan posisinya. Kalau di minum tentunya harus melewati proses pencernaan tubuh dan ini memakan waktu sehingga berbahaya bagi pasien dalam kondisi darurat yang membutuhkan penanganan cepat, disamping efek yang lainnya.

Di arena balap misalnya, angin yang menghambat kendaraan berpengaruh pada laju kendaraan  untuk mencapai top speed .Tapi hal ini justru menguntungkan bagi pesawat terbang.

Mengapa pesawat dengan beban ratusan ton itu bisa terbang? Adanya gesekan atau hambatan udara dengan pesawat yang melaju kencang di landasan mengakibatkan gaya angkat yang membuat pesawat naik keatas. Semakin naik posisi pesawat semakin kecil gesekan hambatan udara, sehingga pesawat terbang bisa melanglangbuana di angkasa.  

Sahabat Taubi,

    Sering sekali tekanan hidup, kesulitan, gesekan- gesekan, serta hambatan yang di alami manusia justru membangkitkan potensi yang ada dalam dirinya, menyadarkannya untuk  mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nah, kalau kita manusia, yang berjalan dimuka bumi ini bisa berhasil merubah peradaban, mengungkap tabir ilmu pengetahuan yang bermula dari trial dan error; coba-gagal, coba lagi -gagal lagi terus berusaha tanpa rasa putus asa, melalui puluhan, ratusan eksperimen sehingga berhasil, Lantas adakah sama dengan  upaya kita untuk berjalan mengenal  Allah SWT sang Maha Pemberi Kehidupan? Apa usaha yang kita lakukan untuk mengenal Allah? Cukupkah kita hanya melakukan berbagai aktifitas ibadah sebatas takliq tanpa MAU TAHU dan KENAL atau hanya mengutuk hal-hal yang kita anggap buruk? Haruskah kita merasakan manisnya nimat hidup dunia dulu sebagai syarat awal agar kita mau belajar mengenal Allah?

Sahabat Taubi

    Begitu besarnya Rahmat, kasih sayang Allah SWT kepada hambanya dapat kita petik dari kisah perjalanan Nabi Adam AS

Nabi Adam AS adalah contoh manusia pertama yang melakukan kesalahan akibat tipu daya Iblis laknatullah. Kejadian turunnya beliau ke bumi sebagai hukuman tetap di sertai dengan Rahmat dan pertolongan Allah SWT. Allah selalu memberi kesempatan bagi manusia yang belajar dari kesalahan. Sekelas nabi Adam yang hidup di syurga saja bisa di gelincirkan iblis apa lagi kita yang hidup di dunia yang melalaikan.  Apakah Iblis membisikkan, menjanjikan hal- hal yang buruk? justru tipu daya iblis itu berupa janji-janji kebaikan bahkan disertai sumpah dengan nama Allah.

Inilah contoh hal-hal yang terlihat baik namun membawa kesesatan. Kisah sumpah iblis ini menjadi pengulangan sejarah manusia Dimana hari ini, dengan mudahnya banyak manusia bersumpah dengan  nama Allah  SWT sembari meletakkan Al Quran diatas kepalanya dan setelah itu berlomba-lomba melakukan kerusakan di muka bumi. Hal ini dengan mudahnya kita saksikan bahkan menjadi hal yang dianggap biasa,

Lantas bagaimana lagi dengan sisi kebathinan kita yang begitu komplek dan tidak terlihat ini? Ketika kita mengaku mengenal Allah, menyebut- nyebut nama-Nya di lisan, tapi ternyata?? Kosong!/ hampa ! secara sisi kebathinan, bukankah ini munafik? Hidup tapi MATI samalah seperti bangkai yang berjalan dan lebih miris lagi ketika kita mulai berprasangka buruk kepada Allah, dengan kesalahan dan keburukan yang terjadi, seolah-olah Allah tidak berpihak dan berprilaku tidak adil kepada mahluk ciptaan-Nya.  Nauzubillah summa nauzubillah.

Dalam sebuah hadis qudsi dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya:

“Allah berfirman sebagai berikut:”Aku selalu menuruti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. Apabila ia berprasangka baik maka ia akan mendapatkan kebaikan. Adapun bila ia berprasangka buruk kepada-Ku maka dia akan mendapatkan keburukan.” (H.R.Tabrani dan Ibnu Hibban).”

Sahabat Taubi,

    Ingatlah bahwa segala apa yang datang dan pergi yang menghampiri hidup kita, berupa kebaikan maupun keburukan semuanya tidak ada yang luput dan pasti atas kehendak Allah SWT. Sesungguhnya dalam tiap kesalahan itu ada pembelajaran bagi yang memikirnya, memperhatikan proses kejadian dan hikmahnya, maka akan berujung pada ma’rifat atau pengenalan.

Yakinlah bahwa Rahmat dan kasih sayang Allah yang begitu teramat luas sehingga selalu ada kesempatan yang diberikan bagi manusia yang mau dan berusaha untuk mengenali-Nya. Karena sungguh tujuan hidup tidak lain adalah untuk ma’rifat mengenal Allah.  

Dalam sebuah hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW

عن أنس بن مالك وأبي هريرة رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم فيما يرويه عن ربه عز وجل قال: «إذا تَقَرَّبَ العبدُ إليَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إليه ذِرَاعًا، وإذا تَقَرَّبَ إليَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وإذا أتاني يمشي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً


Dari Anas bin Mālik dan Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhumā- dari Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana yang diriwayatkan dari Tuhannya -'Azza wa Jalla-, Dia berfirman, "Jika seorang hamba mendekati-Ku sejengkal, niscaya Aku mendekatinya satu hasta. Jika dia mendekati-Ku satu hasta, niscaya Aku mendekatinya satu depa. Jika dia mendatangi-Ku dengan berjalan kaki, niscaya Aku mendatanginya dengan berlari kecil."

Marilah kita berusaha mengenali Allah SWT dengan mengambil pelajaran dari kebaikan dan keburukan  tidak hanya dengan menyebut nama-Nya secara lahir dan bathin, tapi juga belajar dan berdiskusi dengan mursyid/ ulama sebagai pewaris baginda Rasulullah SAW, tajalli terbaiknya Allah SWT.

Pembahasan detail materi ini dapat dilihat pada laman Mr Bambang. Ini penyampaian beliau :

 

Referensi penjelasan edisi ini dari TAUTAN enews ini dapat direnungkan/diskusikan dengan mendengar langsung penjelasan dari para guru (bertemu guru langsung!)

Atas semua materi atau informasi pada laman TAUBI ini kepada Allah semua dikembalikan dan pastinya TIDAK MENGANDUNG KEBENARAN.

اَلْحَمْدُ للَّهِ رَبِّ الْعالَمِينَ


والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ ~ إِنَّا لِلَّٰهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ 

 

Wassalam

 

TAUBI Jumatan 2024 dst dapat disimak pada TAUBI tv.

Gabung dengan Grup WA Sahabat TAUBI di s.id/567WAG 

TAUTAN Edisi 76Y - Hakikat Istighfar (Bonus 2023)

Cek TAUBI Jumatan Tahun 2023 di sini

Cek TAUBI Jumatan Tahun 2022 (sejak Juli) di sini



Tausiyah Qolbi - TAUBI
Media informasi bersumber dari kisah perjalanan ruhani para hamba Allah
Mari membaca dengan bijak dan berdiskusi langsung dengan guru/mursyid

Perhatian !!!
Siapapun pembaca bertanggungjawab sendiri atas efek apapun dari setiap artikel TAUBI

Wassalam - الكزهدي




-----

🔺🔺 - Ke Atas